Silaturahmi ke PCNU Kota Semarang: Komunikasi PKB dengan NU Harus Jelas

Jajaran pengurus PKB Kota Semarang bersama Pengurus PCNU Kota Semarang

PKB KOTA SEMARANG – Dewan Perwakilan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Kota Semarang yang saat ini dinahkodai Muhammad Mahsun, dimana sebelumnya jabatan ketua diduduki Soemarmo HS langsung tanjap gas. Bertempat di kantor Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang DPC PKB Kota Semarang melaksanakan silaturahmi dengan pengurus PCNU Kota Semarang yang dihadiri pengurus Badan Otonom NU mulai dari Banser, Ansor, Fatayat, Muslimat, dan IPNU-IPPNU, Jumat (14/02/’2020).

Muhamad Mahsun Ketua DPC PKB Kota Semarang mengatakan menilik sejarah bahwa Partai PKB tidak bisa terlepas dengan Nahdlatul Ulama (NU). Bawasanya partai PKB sebagai anak yang dilahirkan dalam rahim NU, inilah kunci maka sebelum kemana-mana PKB Kota Semarang sangat perlu silaturahmi ke NU.

Di ranah ruang politik Muhammad Mahsun bukanlah orang baru, ia merupakan orang yang istiqomah semenjak PKB berdiri pada tahun 1998, begitu juga sekretarisnya Antoni Yudha. Bahkan pernah menjadi anggota DPRD Kota Semarang selama  dua periode 1999-2009.

“PKB itu anak dari NU, maka yang paling utama dan pertama adalah konsultasi dengan NU,” tutur Maksun yang sebelumnya menjabat wakil ketua Dewan Perwakilan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah.

Mahsun meyakinkan kalau sekarang kita bisa RI 2, insyallah tahun 2024 harus bisa RI 1. Sedangkan pesan khusus dari DPW PKB Jawa Tengah, untuk kota Semarang targetnya 10 kursi. Dengan bersama-sama NU, 10 kursi bukan hal yang mustahil.

“Jika PKB secara politik besar, maka NU juga akan semakin besar,” ucap Mahsun.

Anasom ketua PCNU Kota Semarang menyatakan bahwa ini merupakan berita bagus, tapi ini jangan hanya semangat di depan. Kebesaran PKB juga besarnya NU, begitu juga kebesaran NU juga besarnya PKB.

“Saya melakukan survei di desa-desa di Jawa Tengah, mayoritas NU. Namun di partai, hanya sedikit sekali PKB yang menang di daerah itu. Anehnya lagi ada desa yang NUnya kuat tapi pilihnya PDI,” tutur Anasom yang saat ini juga menjadi dosen di Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang.

Anasom berpesan hal ini perlu ditemukan formulanya. Pola komunikasi PKB dan NU juga harus jelas. Nanti juga akan berpengaruh pada pola tindakan program yang nyata untuk masyarakat terlebih warga Nahdliyin. (Red)




Video pilihan: